Senin, 25 Agustus 2014

Menstruasi tak teratur tingkatkan risiko kanker ovarium

Menstruasi tak teratur tingkatkan risiko kanker ovarium
Bagi wanita yang seringkali mengalami siklus menstruasi tak lancar, sebaiknya waspada. Penelitian terbaru mengungkap bahwa wanita yang menstruasi bulanannya tak teratur berkemungkinan dua kali lipat mengalami kanker ovarium dibandingkan dengan wanita yang menstruasinya teratur.

Peneliti berusaha menemukan faktor risiko dari kanker ovarium untuk membuat wanita waspada dan berhati-hati. Mereka berpendapat bahwa akan sangat jika wanita yang mengalami menstruasi tak teratur segera memeriksakan diri untuk melakukan screening kanker.

"Sekitar 90 persen penderita kanker ovarium tak memiliki faktor risiko yang jelas. Penelitian kami bertujuan untuk mengetahui siapa yang lebih berisiko mengalaminya. Jika kami bisa menemukannya, kami bisa melakukan tindakan optimal untuk mencegah hal tersebut," ungkap Barbara Cohn dari Public Health Institute di Berkeley, seperti dilansir oleh Health Day News (09/04).

Meski begitu penelitian ini tak menunjukkan dengan jelas apakah menstruasi yang tak teratur adalah penyebab dari kanker ovarium. Hasil ini didapatkan peneliti setelah melakukan pengamatan terhadap 14.000 wanita di Kaiser Permanente Health Plan, California antara tahun 1959 dan 1967. Peneliti mengikuti partisipan selama lebih dari 50 tahun sampai meninggal.

Selama penelitian tersebut diketahui 103 wanita mengalami kanker ovarium, dan 20 di antaranya memiliki menstruasi yang tidak teratur. Wanita yang mengalami menstruasi tak teratur berkemungkinan terkena kanker ovarium 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mengalami menstruasi teratur.

Selain menstruasi yang tak teratur, ada banyak hal yang bisa meningkatkan risiko kanker ovarium, di antaranya memiliki saudara, ibu, atau anak yang memiliki kanker ovarium. Dengan adanya hasil penelitian ini peneliti berharap agar wanita lebih waspada. Jika mereka memiliki menstruasi yang tak teratur, mereka bisa segera memeriksakan diri ke dokter atau melakukan tindakan pencegahan lebih dini.


Sumber : Merdeka.com

0 komentar:

Posting Komentar