Selasa, 23 September 2014

Sakit Influenza Tak Perlu Antibiotik

Sakit Influenza Tak Perlu Antibiotik
Banyak pasien yang sebenarnya menderita influenza meminta diresepkan dokter obat antibiotik. Mereka meyakini penyakitnya akan lebih cepat sembuh. Padahal, influenza disebabkan oleh virus sehingga antibiotik tidak ada manfaatnya.

Sebuah studi terkait peresepan obat mencatat, antibiotik lebih sering diresepkan untuk sakit influenza meskipun sebenarnya antivirus lah yang lebih bermanfaat. Yang lebih buruk lagi, antivirus hanya diberikan kepada satu dari lima pasien yang sebenarnya sangat membutuhkan obat tersebut.
Meskipun terkadang antibiotik bermanfaat untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh penyakit flu, namun seringkali justru peresepan itu tidak diperlukan. Antibiotik hanya diperlukan jika penyakitnya disebabkan oleh bakteri.

Demikian yang diungkap para dokter di pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS yang ditulis di dalam jurnal Clinical Infectios Disease. Studi juga menemukan, dokter masih sering meresepkan antibiotik. Padahal penggunaan antibiotik yang tidak bijak dapat menyebabkan pembentukan bakteri kebal antiobiotik sehingga bila benar-benar diperlukan, bakteri akan sulit dikalahkan oleh antibiotik.
Michael G Ison, dokter dari Northwestern University mengatakan, upaya penggunaan antibiotik yang rasional masih terus diusahakan, tetapi penggunaan yang tidak bijak masih umum terjadi pada pasien influenza. Menurutnya, meresepkan obat antivirus memiliki risiko minimal dalam pembentukan resistensi bakteri.

Dalam studi baru ini, dokter melakukan analisis pada ribuan rekam medis ribuan pasien dalam lima negara bagian. Sebanyak 6.766 orang diketahui memiliki penyakit respirasi akut, sepertiganya ternyata adalah influenza. Namun hanya 15 persennya yang diresepkan obat antivirus, sementara 30 persennya masih diresepkan antibiotik.

Padahal manfaat pengobatan lebih dapat dirasakan pada pasien yang memperoleh pengobatan antivirus. Ditambah lagi, pengobatan antivirus tidak memiliki efek samping yang merugikan dan dapat mengurangi kemungkinan dari kebutuhan antibiotik di waktu yang akan datang.

Sumber: health.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar