Senin, 06 Oktober 2014

Apakah Konsumsi Obat Kedaluwarsa Berbahaya?

Apakah Konsumsi Obat Kedaluwarsa Berbahaya?
Makanan yang sudah kedaluwarsa tentu sudah tidak enak disantap dan berbahaya bagi kesehatan. Namun, bagaimana dengan obat? Karena obat juga punya tanggal kedaluwarsa, apa yang bisa terjadi jika seseorang mengonsumsi obat yang sudah "basi"?

Banyak orang bingung harus berbuat apa ketika tanggal yang tertera pada obat paten sudah lewat. Ada yang segera membuang obat tersebut, ada yang masih mau meminumnya, dan ada yang hanya menyimpannya di laci.

Sharon Bergquist, dokter penyakit dalam dan asisten profesor obat di Universitas Emory, Atlanta, memberi penjelasan tentang obat dan tanggal kedaluwarsanya.

Alasan hukum

Sejak tahun 1979, FDA mewajibkan produsen obat untuk mencantumkan tanggal kedaluwarsa, baik obat generik maupun paten. Mayoritas konsumen tidak paham apa arti dari tanggal tersebut. "Tanggal yang tercantum adalah batas waktu yang produsen jamin ketika obat tersebut masih ampuh," kata Bergquist.

Meski begitu, jika sudah lewat tanggalnya, tidak berarti obatnya langsung tidak manjur atau berbahaya. "Umumnya, tanggal kedaluwarsa tersebut adalah 12 hingga 60 bulan sejak diproduksi," katanya. Dalam banyak kasus, obat-obat yang sudah kedaluwarsa belum pernah diuji keefektifan atau potensi meracuninya.

Ada apoteker yang menuliskan peringatan untuk segera membuang obat bila sudah lewat tanggal yang ditetapkan. Biasanya, masa tersebut adalah satu tahun setelah obat itu dibuka dari kemasan. "Aturan ini diwajibkan di 17 negara bagian, tapi sebenarnya masih sangat sedikit riset mengenai ini. Sangat mungkin kalau ada obat yang masih bisa diminum setelah 10 tahun lebih," ujar Bergquist.

Pernah diuji

Atas permintaan Departemen Pertahanan, FDA melakukan sebuah riset tentang usia obat-obatan yang umum dikonsumsi. Obat-obat itu disimpan dalam kondisi dan iklim yang normal, bukan dalam situasi yang lembab seperti di kamar mandi.

FDA menguji seluruh persediaan obat Dephan sejak 1986 hingga 2006 untuk mengetahui apakah obat-obat itu sudah harus dibuang. Terdapat 122 jenis obat dalam 3.005 kelompok.

"Ternyata 88 persen dari 3.005 obat itu masih dapat diperpanjang tanggal kedaluwarsanya hingga rata-rata 66 bulan (5,5 tahun)," katanya.

Potensi vs efikasi

Meski demikian, Bergquist mengatakan tak akan menganjurkan pasiennya untuk mengonsumsi obat kedaluwarsa. Ia menyebut ada dua skenario terkait obat kedaluwarsa. Pertama, bila seseorang harus rutin minum obat seperti nitrogliserin atau insulin, maka obat tersebut wajib dijaga kualitasnya dan menghindari obat yang sudah kedaluwarsa.

Situasi kedua, bila seseorang mengalami sakit ringan, seperti demam, sakit kepala, ataupun sakit pinggang. "Tidak apa-apa bila Anda hanya punya obat kedaluwarsa di rumah. Masih aman untuk mengonsumsinya walaupun keampuhannya sudah tidak 100 persen," katanya

Jaga kualitas obat

Beberapa bentuk obat lebih awet dibanding yang lain. Yang paling stabil adalah tablet dan kapsul, tetapi obat berbentuk tablet paling awet. Obat cair atau yang harus dimasukkan ke lemari es paling cepat rusak dan dihindari pemakaiannya setelah tanggal kedaluwarsa.

Tanda-tanda obat yang rusak antara lain berbau kuat, jika ada obat yang merembes ke luar atau terkristalisasi. Untuk menjaga daya tahan obat, setidaknya hingga tanggal kedaluwarsa, simpanlah di tempat yang kering, sejuk, dan terhindar dari sinar matahari langsung. Pastikan juga botolnya tertutup rapat.

Obat-obatan rusak sebenarnya aman untuk dibuang di tempat sampah. Namun, FDA menyarankan untuk membuangnya di kloset.

Sumber : Merdeka.com

0 komentar:

Posting Komentar