Sekitar 89-92 persen wanita
pernah melakukan masturbasi, meski hanya sekali dalam hidupnya. Masturbasi atau
onani merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi hasrat seksual. Meski tidak
ada bukti ilmiah, banyak yang mengatakan masturbasi membuat fisik dan mental
tidak sehat, bahkan membahayakan. Namun, ternyata masturbasi bisa membuat
hubungan suami istri semakin harmonis. Benarkah?
Di kalangan wanita, masturbasi
atau onani jarang dijadikan sebagai bahan perbincangan. Selain bukan sebagai
aktivitas yang lazim dilakukan, masturbasi seolah-olah masih tabu dibicarakan
di kalangan wanita. Hingga saat ini masturbasi masih diidentikkan dengan kaum
adam. Padahal tidak ada larangan bagi kaum hawa untuk melakukannya. Meski
masih malu-malu mengakuinya, sebanyak 89-92 persen wanita ternyata pernah
melakukannya.
Lantas apa itu masturbasi?
Sebenarnya masturbasi adalah ekspresi seksual yang alamiah. Judith Golden,
terapis seks dari Toronto, Kanada, mengatakan masturbasi adalah sebuah bagian
kesehatan seksual yang dinilai jauh lebih sehat dibandingkan dengan hubungan
seks yang tidak aman. Banyak orang dengan berbagai latar belakang budaya
melakukan aktivitas ini. Namun memang beberapa orang masih ragu untuk melakukan
dan mengakuinya.
Dijelaskan oleh dr. Anita
Gunawan, M.S, SpAnd, dokter spesialis andrologi, masturbasi merupakan kegiatan
seksual untuk memuaskan diri sendiri. Ada dua versi etimologi untuk masturbasi.
Pertama, dari bahasa Yunani, mezea (ueisd, bentuk jamak untuk MR.P) atau dari
gabungan kata bahasa Latin, manus (tangan) dan turbare (mengganggu).
Kedua, versi lainnya adalah
gabungan dari kata Latin manus (tangan) dan stuprare (mempermainkan), sehingga
berarti “mempermainkan alat kelamin dengan tangan”. Masturbasi juga kerap
didefinisikan sebagai perangsangan seksual pada organ kelamin yang dilakukan
dengan sengaja. Perangsangan ini bisa dilakukan tanpa alat bantu ataupun
menggunakan obyek atau alat.
Mengenal Tubuh. Masturbasi untuk sebagian orang diistilahkan
sebagai “swalayan”. Meski dianggap tabu, masturbasi sebenarnya dapat dijadikan
alat untuk mengenal tubuh sendiri dan mengetahui apa yang dapat menyenangkan
untuk dirinya. Masturbasi juga dapat membantu wanita belajar mengenai apa yang membuatnya
bergairah. Ini berkaitan dengan memahami kebutuhan tubuh seperti titik-titik
tubuh mana yang dapat memicu sensasi.
Bahkan, masturbasi bisa dijadikan
cara untuk berkomunikasi dengan pasangan. Karena itulah, masturbasi bisa
dijadikan aktivitas yang suportif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
keharmonisan kehidupan seksual pasangan suami istri. Bahkan jika dilakukan
sewajarnya, masturbasi dapat menyehatkan secara psikologis.
Hormon-hormon seperti oksitosin
yang diproduksi tubuh saat mencapai orgasme setelah masturbasi dapat membantu
menghilangkan depresi secara natural. Hormon lain yang akan keluar saat
melakukan masturbasi seperti dopamin dan epinefrin dapat membantu meningkatkan
suasana hati seseorang. Hal ini hampir sama dengan melakukan hubungan seks yang
bisa merangsang terbentuknya zat penenang bagi otak.
Untuk wanita yang belum menikah,
jika gairah yang muncul ditekan terus menerus tanpa tersalurkan, ada
kemungkinan akan terjadi ketegangan emosi. Dengan menyalurkan gairah lewat
aktivitas ini, ketegangan pun akan mengendur. Terdapat beberapa efek positif
lain yang akan didapat setelah melakukan masturbasi, antara lain adalah dapat
menghilangkan stres. Masturbasi juga dapat melawan insomnia secara natural.
Peran hormon yang diproduksi tubuh saat orgasme, seperti hormon dopamin,
oksitosin dan epinefrin, dapat menghilangkan stres, serta membantu seseorang
untuk tidur lebih nyenyak.
Masturbasi juga dapat menjadi
alternatif hubungan seksual yang hemat dan sehat, bila dibandingkan dengan
melakukan hubungan seksual dengan penjaja seks atau melakukan seks bebas.
Memuaskan hasrat seksual dengan melakukan rangsangan pada diri sendiri memang
lebih aman daripada harus melakukan hubungan seksual dengan orang yang tidak dikenal.
Apabila melakukan hubungan seks dengan lawan jenis, apalagi yang tidak tahu
asal usulnya bisa saja membuat Anda terkena penyakit menular seksual, seperti
HIV/AIDS.
Kecemasan. Tidak ada perbedaan yang mencolok antara masturbasi pada
pria maupun wanita. Menurut pandangan seorang psikolog, masturbasi bisa
dilakukan dengan metode apa saja. Cara apapun dianggap normal. dari sebuah
survei diketahui bahwa jari tangan dan vibrator adalah dua metode yang umum
digunakan oleh wanita untuk bermasturbasi. Masih menurut survei dikatakan 30
persen wanita menyatakan pernah menggunakan alat vibrator untuk mencapai
kepuasan seksual. Untuk yang menggunakan jari sebaiknya pastikan bahwa tangan
benar-benar bersih agar tidak ada kuman yang masuk ke dalam alat kelamin.
Namun, tidak sedikit wanita yang
dilanda kecemasan akan dampak yang dapat ditimbulkan dari kegiatan masturbasi.
Sebenarnya masturbasi aman apabila dilakukan dengan benar dan aman. Bahaya
masturbasi secara medis belum tentu terjadi seperti yang ditakutkan. Banyak
atau sedikitnya frekuensi masturbasi secara umum tidak menunjukkan seseorang
memiliki masalah atau tidak. Jika Anda melakukan masturbasi lima kali dalam
sehari, serta Anda tetap sehat, merasa puas dan bahagia, tandanya tidak ada
yang salah dalam hidup Anda. Namun apabila Anda terlalu sering melakukan
masturbasi sehingga mengganggu produktivitas dalam bekerja perlu
dikonsultasikan dengan psikolog, psikiater atau terapis seks. Niken (Info
Kecantikan)
0 komentar:
Posting Komentar